“DUKUN2AN”
(Naskah Telah Dipentaskan)
Pimpinan Produksi:
Drs. Heru Subrata, M.Si.
2. Pengorganisasian
Pimpinan
Produksi : Drs. Heru Subrata, M.Si
Sutradara
: Novita Anggraeni
Asisten
Sutradara : Exma Wahyuni
Sekretaris
: Izzatud Diniyah
Bendahara
: Chusnul Chotimah
Pencatat
Adegan : Anifatul Maghfiroh
Penata
Panggung : Ayu Nastiti
Penata Rias
& Busana : Mimyn Putri Muldash
Penata Musik
: Putri Lestari K
Penata Tari
: Rayi Purwindasari
3. Tokoh
- Putri Lestari K. Sebagai Suami
- Anifatul Maghfiroh sebagai Istri
- Exma Wahyuni sebagai Parji PRT
- Rayi Purwindasari sebagai Suster
- Ayu Nastiti sebagai Putri
- Izzatud Diniyah sebagai Bu Martabat
- Mimyn Putri Muldash sebagai Pak Martabat
- Chusnul Chotimah sebagai narator
4. Konsep cerita
Konsep
cerita dalam “ Dukun-dukunan” adalah cerita komedi yang menggambarkan sebuah
cerita yang sering ditemui di sekitar kita namun diselingi dengan unsur-unsur
komedi sehingga tidak terasa membosankan bagi penikmat drama.
Cerita ini
adalah cerita yang kami ambil dari salah satu naskah Putut Buchori yang ide
ceritanya diambil dari naskah “dokter gadungan” pada bulan Juli
2004
5. Synopsis cerita
Kisah
tentang suami istri yang sedang bertengkar karena si suami selalu saja
bersantai-santai setiap harinya. Padahal si istri sudah membanting tulang
melakukan berbagai macam pekerjaan untuk menyambung hidup. Si istri yang sudah
lelah dengan kelakuan suaminya mendapatkan akal ketika seorang PRT menanyakan
alamat seorang dukun sakti padanya…
Suami yang
dianggap dukun sakti diminta PRT tersebut untuk menyembuhkan penyakit anak
majikannya. Suami yang merasa sudah dianggap dukun itu mau-tidak mau harus
mengikuti rencana istrinya itu.
Saat tiba di
rumah majikan, si suami mulai melaksanakan analisis-analisisannya. Bagai
seorang dukun sakti mandraguna, ia mengeluarkan hipotesis-hipotesis yang sulit
dijangkau oleh kemampuan manusia biasa. Kedua majikan yang sudah terlanjur
mengagung-agungkan dukun sakti itu hanya mengangguk-angguk layaknya orang yang
sudah paham.
Pengobatan
ala dukun sakti pun mulai dilakukan. Apakah pengobatan “dukun” itu akan
berhasil? Kita ikuti jalan ceritanya….
6. Konsep panggung
Cerita ini
terdiri dari 2 babak. Babak pertama adalah rumah suami dan babak ke dua adalah
rumah pak martabat dan bu martabat. Konsep panggung ini dibuat sederhana namun
dapat mewakili dengan jelas jalan cerita yang ditampilkan.
Pada babak
pertama setting panggung adalah rumah suami. Di atas penggung terdapat
- 1 buah dipan sebagai tempat tidur suami
- 1 buah kursi dan meja kayu untuk tempat duduk istri
Pada babak
ke dua di rumah pak martabat dan bu martabat. Setting adalah sebuah ruang
keluarga yang terdiri dari:
- 1 set kursi dan meja yang bagus
- Perabot mewah seperti guci dan satu pot pohon palsu
- Suami : Memakai kaos oblong putih, jaket jawa dengan celana longgar hitam dan ikat kepala (udeng)
- Istri : Memakai daster terusan dengan jilbab yang dipakai seadanya
- Parji PRT : Memakai daster warna mencolok namun agak terlihat seksi dengan asesoris berlebihan dan tidak serasi di beberapa bagian badannya
- Putri : Memakai pakaian kasual dengan kaos dan rok panjang
- Suster : Memakai pakaian suster warna putih-putih
- Bu martabat : Memakai setelan blus mewah dengan perhiasan yang berlebihan
- Pak martabat : Memakai setelan hem lengan panjang dan celana panjang
8. Penokohan
Suami
: Pemalas namun cerdik. Badannya tidak terlalu tinggi, di dagunya
tampak jenggotnya yang kasar karena jarang dirawat. Gaya bicaranya sangat
santai cenderung meremehkan dan nada suaranya berat.
Istr i
: Pekerja keras
namun cerewet. Badannya sintal namun tertutupi pakaiannya yang kebesaran.
Walaupun masih muda, tampak guratan-guratan di wajahnya yang membuatnya tampak
lebih tua.
Parji PRT
: Penampilan nyentrik dan cara bicaranya berlebihan. Nada suaranya
yang melengking dan gayanya endel. Dandanannya pun menor serta sok
kebarat-baratan.
Putri
: Sebenarnya adalah gadis yang periang namun mengalami kesulitan dalam
berbicara (gagu). Tubuhnya mungil dan mempunyai niat yang besar untuk
melanjutkan sekolah.
Suster
: Wataknya lemah lembut dan suka sedikit memaksa. Badannya tinggi
kurus, kulitnya putih. Khas orang yang bekerja di rumah sakit.
Pak Martabat
: Sabar dan tidak mampu mengontrol istrinya yang cerewet. Badannya tinggi,
perawakannya santai.
Bu Martabat
: Badannya kurus, kecil namun cerewet dan terobsesi dengan Mbah
Progo (dukun sakti)
9. Konsep
music
Music
diiringi dengan tabuhan bongo agar suasanan terkesan sederhana.
Naskah
Kulanuwun
nyuwun ngapura
Kula mriki
main sandiwara
Sandiwara
humor bayak banyolan
Tapi tidak
lupa ada pesan kesan
Kulanuwun
inggih permisi
Sumangga
gojegan wonten ing mriki
Gojegan wong pinter lan berisi
Ampun kuatir
dijamin tidak rugi
BAGIAN I
DI SEBUAH
DESA
SEPASANG
SUAMI ISTRI YANG SEDANG ADU MULUT, SUAMI YANG PEMALAS, PEKERJAANNYA HANYA
MEMANCING DI SUNGAI, NAMUN HASILNYA TAK SEBERAPA, SI ISTRI YANG PEMARAH KARENA
SI SUAMI TAK PERNAH MENGHASILKAN UANG UNTUK KEBUTUHAN SEHARI HARI.
001.
ISTRI
: Oalah…. Pak.. pak…, mbok sekali kali, kerja yang bener, yang
menghasilkan duit. Biar bisa untuk beli beras, untuk makan, untuk hidup sehari
hari…
002.SUAMI
: Kerja apa tho bu…, jaman sekarang itu, cari kerja sulit, angel
banget, lha wong yang sarjana saja yang nganggur sak bajeg kere, apa
lagi saya yang sama sekali belum pernah mambu sekolahan…
003.
ISTRI
: Dasar bapak saja yang keset, pekerjaan itu buanyak pak, asalkan
kita gigih, kita rajin, cari kayu bakar kek, berkebun kecil-kecilan di kali
kek, Bantu-bantu kuli kek, jadi PRT kek, Jadi TKI kek, jadi apa saja kek.
004.SUAMI
: Kak kek, kak kek, memangnya aku ini kakek mu apa? Semprul kamu,
jadi istri kok senangnya ngganggu kesenangan suami, mbok cobalah, dirimu itu
jadi istri yang baik dan benar. Jadi istri yang setia setiap saat. Melayani
suami…
005.
ISTRI
: Kalau yang bapak ini jadi suami yang bener bener suami, ya pasti aku
mau melayani, lha bapak, suami hanya suami imitasi, ya sori sori saja kaalu aku
tak sudi melayani.
006.
SUAMI
: We Lha Dhalah, nranyak !!, Kurang ajar, berani beraninya bilang
suami imitasi.
007.
ISTRI
: Lha kalu bukan suami imitasi, suami palsu, lantas aku harus menyebut
suami apa.
008.
SUAMI
: Ya sudah semestinya, kamu itu menyebut suamiku yang tampan, suamiku
yang cakep, suamiku yang bagus….
009.
ISTRI
: Suamiku yang bagus kaya tikus, kecebur kakus, kejepit irus…
010.
SUAMI
: Hus…
011.
ISTRI
: Lha bagus apanya, cakep apanya, tampan apanya? Bapak ini jadi suami
betul betul ra urus, kesetnya minta ampun. Pagi-pagi saat orang-orang
giat bekerja, bapak enak saja masih leha leha, apa itu namanya suami ? saat
istrinya bekerja membanting tulang, kerja mati-matian jadi tukang cuci, kalau
masih ada waktu cari kayu bakar untuk di jual, sesekali jadi tukang bersih
bersih rumah,kadang-kadang kepala untuk kaki, kaki untuk tangan, tangan untuk
kepala. Bapak kok masik asyik asyik saja duduk di pinggir kali, mancing cethul,
santai santai. Apa itu bukan suami imitasi, suami palsu. Mbok insap pak, sadar
pak, eling pak. Sebel aku, mangkel aku. Rasanya pingin aku kruwes-kruwes
raimu pak.
012.
SUAMI
: Nah itulah bune. Ini.. ini… yang harus aku jelaskan sejelas-jelasnya
kepada kamu istriku yang cerigis. Orang bisa leha leha, asyik asyik,
santai santai, itu adalah anugerah terindah bagi umat manusia bune, jarang lho
ada orang yang bisa seperti itu, hanya satu berbanding seratus ribu. Jadi itu
bukan aib, bukan perbuatan cela. Jangan di hina….
013.
ISTRI
: Oalah pak.. bapak ! kalau kita sudah turah duit, kalau kita
sudah kaya seperti bapak bapak pemimpin kita yang punya kekayaan seratus
milyard, punya warisan tujuh turunan. Kita leha leha bolah boleh saja, kita
asyik asyikan bisa-bisa saja, kita santai santai sah sah saja. Lha ini, uang
sepeserpun gak punya, pekerjaan gak ada. Besok makan apa juga gak pasti, e..
kok masih sempat leha leha. Itu namanya kebangeten.
014.
SUAMI
: Ya kalau memang besok belom ada yang dimakan, ya puasa dulu…. Itu kan
ajaran agama….
015.
ISTRI
: Puasa kok tiap hari. Puasa bagi orang yang mampu itu memang ajaran
agama, tetapi bagi kita kaum duafa ? puasa itu karena keadaan pak, karena
memang tidak ada yang di makan.
016.
SUAMI
: Wah itu berarti kita ini orang orang ampuh bune, sudah duafa, puasa
lagi. Itu kan bisa untuk contoh baik orang-orang rakus yang suka makan jatah
kita…
017.
ISTRI
: Ash. Sudah… sudah… nggak usah membantah, nggak usah ngeyel
sekarang bapak harus kerja, kerja apa kek…
018.
SUAMI
: Whe lha, kok semakin hari kamu semakin kuasa tho bu, sudah berani
ngatur ngatur suamimu, berani perintah perintah, sudah berani tudang tuding,
kamu sudah berbau militerisme terhadap suamimu sendiri.
019.
ISTRI
: Habisnya bapak tidak mau kerja. Gak mau cari uang. Kita butuh beras
pak. Kita butuh perabot rumah pak, kita butuh sabun, odol, butuh kasur , gelas,
piring, dll. Rumah tangga kok hanya punya satu kasur tanpa ranjang, hanya punya
dua gelas, satu piring, hingga kalau mau makan harus gantian.
020.
SUAMI
: Memang yang lain kemana ?
021.
ISTRI
: Pakai nanya kemana ? sudah di jual untuk beli beras. Memangnya nasi
yang di makan bapak setiap hari itu dari mana? Ya dari perabotan kita itu pak.
Ayo sekarang kerja. Jangan hanya moncang mancing saja, kerja yang bener.
022.
SUAMI
: Ogah ! Aku nggak mau kerja keras, dukani dokter! Dan lagi aku
lagi menunggu wangsit.
023.
ISTRI
: O.. dasar suami tak tau diri. (GEMAS INGIN MEREMAS-REMAS WAJAH
SUAMINYA) Heh… andai aku berani… andai aku mampu.
024.
SUAMI
: (JADI MARAH) Apa bune, mau ngelawan suami, berani sama suami. Wong
wedok, yen di nengke kok saya ndodro, bajigur tenan iki, yen wong kaya ngene
ingi kudu di thuthuki. (AMBIL SEBATANG KAYU, DAN MEMUKULI ISTRINYA) Ayo mau
ngelawan suami ya, mau berani sama suami. Pemimpin rumah tangga je! Di
lawan (TERUS MEMUKULI ISTRINYA) ayao bilang kapok, tidak ngelawan suami lagi.
025.
ISTRI
: Kapok pak.. kapok….
026.
SUAMI
: Nah begitu, jangan di ulangi lagi ya, awas kalau sekali lagi ngelawan,
ku punthes-punthes wudelmu.(SAMBIL PERGI) Aku ke kali nenepi cari
inspirasi.
027.
ISTRI
: Suami macam apa itu? Berani memukuli istrinya sendiri. Disuruh kerja
cari nafkah kok gak mau, usaha dikit gak mau. Oalah nasib… nasib. Nasib Orang
miskin… Nasib… nasib. Nasibnya kaum wanita. .. duh gusti paringana arta.
Aku sudah gak kuat lagi. Oh.. nasib.. nasib… kenapa dirimu hanya bias aku
ratapi.
DITENGAH
KESEDIHAN ISTRI. DATANG SEORANG YANG SEDANG MENCARI DUKUN AMPUH.
028. PARJI
PRT
: Kulo nuwun… any body home….
029.
ISTRI
: Monggo. Ada bodi kok di sini.
030. PARJI
PRT
: Permisi…
031.
ISTRI
: Mari….
032. PARJI
PRT
: Excuse me…
033.
ISTRI
: Hi hi hi…. Apa ya jawabnya, oh yes… pis…pis. Untung sesekali
pernah dengar orang ngomong cara landa.
034. PARJI
PRT
: Can you help me ?
035. ISTRI
: Oh Pasti yes, yes sekali, Pokoknya pis… pis… deh.
034. PARJI
PRT
: m…. I want some information. Please talk to me, about… eyang
progo the super star.
035.
ISTRI
: Oh Iwan… itu yes. Eyang progo pis.. pis… pis… Nyuwun
sewu, jan-jane panjenengan punika, ngunandika menapa tho?
036. PARJI
PRT
: Lha nggih nyuwun pangapunten, sejatosipun kawula wonten mriki, bade
tanglet “ menapa panjenengan mangertos dalemipun eyang progo, dukun ampuh
saking sak kilenipun kali progo?”.
037.
ISTRI
: Wah malah jadi seperti main kethoprak, Sulit omongnya, pakai bahasa
biasa saja.
038. PARJI
PRT
: Setuja setuju saja. Saya sendiri juga pating pecothot je
ngomongnya. Begini bu…
039.
ISTRI
: Asdi Ranjang.
040. PARJI
PRT
: Buas di Ranjang ?
041.
ISTRI
: Ya. Asdi nama suami saya, memang dahulu pekerjaannya tukang
memperbaiki ranjang, orang orang sering menyebut Asdi Ranjang, jadi orang orang
pun suka menyebut saya Bu Asdi Ranjang.
042. PARJI
PRT
: Jadi begini Buas Di ranjang…. Saya kemari, sesungguhnya akan bertanya.
Konon katanya, di desa ini ada seorang dukun ampuh yang bisa menyembuhkan apa
saja, Dari penyakit apendik sampai penyakit gudig, segala macam penyakit dada,
hati, mata,tangan, leher, perut, kepala, pundak, lutut, kaki, kepala, pundak,
lutut kaki, lutut, kaki. Konon katanya sih namanya eyang progo.
043.
ISTRI
: (MASIH RAGU RAGU MENJAWAB) Eyang progo, dukun ampuh, ahli segala macam
penyakit, penyakit kepala, pundak, lutut, kaki, kepala, pundak, lutut, kaki,
lutut, kaki. (OTAK LICIKNYA TIBA TIBA MUNCUL) Oh ada… sudah dekat… ibu sudah
dekat, ibu sudah berada didekatnya.
044. PARJI
PRT
: Oh jadi Ibu sendiri ? (TIBA TIBA MENYEMBAH NYEMBAH IBU DAN MENANGIS)
Oh bu tolonglah majikan saya bu, beliau sakit parah, hanya kepada ibu dia dapat
di sembuhkan, sudah ratusan dokter, dukun, tabib, mencoba menyembuhkan tetapi
gagal total. Majikan saya tidak sembuh sedikitpun, tolonglah lah saya bu,
tolonglah majikan saya bu, tolonglah keluarga majikan saya bu…
045.
ISTRI
: Bukan.. bukan saya… saya bukan eyang progo. Anda salah….
046. PARJI
PRT
: Oh ya maap, maaf bu, karang saya kesusu susu cari dukun
je. Lantas dukunnya yang mana ya bu ?
047.
ISTRI
: Jangan kuatir. Sampeyan tidak usah nyari, karena dia dukun ampuh, dia
yang akan nyari sampeyan.
048. PARJI
PRT
: (BERDECAK KAGUM) Ck.. Ck… Ck….
049.
ISTRI
: Sampeyan cukup berdiri di situ, beliau dukun sakti ini akan datang
dengan sendiri….
050. PARJI
PRT
: (BERDECAK KAGUM) Ck.. Ck… Ck….
051.
ISTRI
: Tanpa Sampeyan ceritakan penyakitnya, beliau akan tahu dengan
sendirinya.
052. PARJI
PRT
: (BERDECAK KAGUM) Ck.. Ck… Ck….
053.
ISTRI
: Pokoknya beliau ini Ck.. Ck… Ck….
054. PARJI
PRT
: (BERDECAK KAGUM) Ck.. Ck… Ck….
055.
ISTRI
: Tetapi, untuk bertemu dengan beliau ini, ada syaratnya…
056. PARJI
PRT
: Apapun syaratnya akan saya penuhi, bu. Apapun, pokoknya beriiis.
057.
ISTRI
: Syaratnya, beliau ini harus dipukuli terlebih dahulu…
058. PARJI
PRT
: Lho Kok ?
059.
ISTRI
: Inilah unik dan anehnya dukun antik eyang progo sang super star.
Beliau ini tidak mau mengaku dukun kalau tidak di pukuli terlebih dahulu, tidak
mau memeriksa kalau tidak di pukuli dahulu, tidak mau mengeluarkan
kepandaiannya kalau tidak di pukuli dahulu. Jadi jangan di sembah-sembah
seperti saya tadi, dia malah tidak mengaku.
060. PARJI
PRT
: Gitu ya
061. ISTRI
: Ya begitu lah. Aneh kan? (TAHU KALAU SUAMINYA AKAN DATANG) Nah… nah…
nada nadanya eyang progo sudah mencium bau sampeyan yang akan minta
pertolongan. Sampeyan berdiri saja di situ. Tutup mata, hitung sampai sepuluh,
Beliau Pasti Datang (PERGI MENINGGALKAN PARJI PRT) Ingat, jangan lupa di pukuli
dahulu.
PARJI PRT
MEMUTUP MATA DAN MENGHITUNG SAMPAI SEPULUH. SUAMI MENGHAMPIRI PARJI.
062.
SUAMI
: Weh.. ? Ini orang aneh atau orang kesasar? Wong sudah tua begini masih
main petak umpet? Tetapi kok mainnya di sini ya, apa sudah tidak ada tempat
lain? Apa orang ini orang yang sedang belajar menghitung dan kesasar di sini?
Aneh? Ada ada saja.
063. PARJI
PRT
: (TEPAT HITUNGAN KE SEPULUH) Ya pak Dukun Eyang Progo !
064.
SUAMI
: Hus ! Guandrik Putune ki ageng serang !!
065. PARJI
PRT
: Nah ! Panjenengan pasti Eyang Progo, dukun ampuh sang super star.
066.
SUAMI
: Dukun apa ? Ampuh gimana ? sampeyan nglindur ya ? Ngimpi ?
067. PARJI
PRT
: Anda pasti dukun, orang pinter ?
068.
SUAMI
: Bukan, tidak, Bukan Dukun, Tidak Pinter.
069. PARJI
PRT
: Pasti Dukun, Sudah pasti pinter.
070.
SUAMI
: Bukan, sungguh.
071. PARJI
PRT
: Mbok dukun
072.
SUAMI
: Bukan ah.
073. PARJI
PRT
: Dukun aja.
074.
SUAMI
: Bukan ! Bajigur! Orang ini kesurupan apa?
075. PARJI
PRT
: Dukun !
076.
SUAMI
: Bukan !
077. PARJI
PRT
: Duk…
078.
SUAMI
: Buk…
079. PARJI
PRT
: Benar juga kata ibu itu, memang harus dipukuli dahulu. (MENGAMBIL KAYU
DAN MEMUKULI ORANG ITU) Kamu pasti dukun, pasti orang sakti, ampuh, pinter….
dll. Dll…
080.
SUAMI
: (KARENA TERUS DI PUKULI, AKHIRNYA MENYERAH) Ya dukun… dukun juga boleh…
081. PARJI
PRT
: Nah begitu, kalau ngaku dari tadi, saya kan tidak harus memukuli
bapak. Jadi begini bapak dukun…
082.
SUAMI
: Tetapi saya bukan dukun…
083. PARJI
PRT
: Masih menyangkal (KEMBALI MEMUKULI) Ngaku tidak ?
084.
SUAMI
: Ya ngaku… ngaku… Dukun ! (BICARA SENDIRI) Yah daripada dipukuli, jadi
dukun ya tak apalah, iseng-iseng berhadiah. (KEPADA PARJI PRT) Jadi apa
keluhannya.
KEMUDIAN
PARJI PRT MENERANGKAN PANJANG LEBAR (DENGAN BAHASA ISYARAT). PARJI MENINGGALKAN
SUAMI SENDIRI, SETELAH MEMPERSIAPKAN SEGALA SESUATU, SUAMI MENYUSUL PARJI PRT.
KE KOTA.
BAGIAN II
DI RUMAH
KELUARGA BAPAK MARTABAT. PUTRI, ANAK SATU SATUNYA PAK MARTABAT SEDANG
DIKEJAR-KEJAR SEOARANG SUSTER UNTUK DI SUNTIK.
085.
SUSTER
: Ayo sini nak, jangan takut, sebentar lagi kamu pasti sembuh. Ayo sini
sebentar saja, ayo, kamu jangan menurunkan kredibilitasku sebagai suster, kamu
jangan merendahkan kwalitas namaku sebagai suster sakti. Ayolah nak, ayo.
086.
PUTRI
: (TAKUT) Kredabeg gup lgu gigu kali hila tara ystgerdfe bdgdtrfvb
nhytrs.!
087.
SUSTER
: Ini ramuan terbaruku, inti sari susu kedelai yang di kombinasi ASI
yang di sedot dari ibu-ibu pilihan berkwalitas super yang berusia 40 tahun.
088.
PUTRI
: Kredabeg gigu kali hila tara ystgerdfe bdgdtrfvb nhytrs.!
089.
SUSTER
: Sudah pasti obat ini, jaminan sembuh.
090.
PUTRI
: Kredabeg! gup lgu ! gigu kali ! hila ! tara ! ystgerdfe bdgdtrfvb
nhytrs.!!!!!
091.
SUSTER
: Ayolah, demi kredi peti, demi spon bob, demi aquarius, demi apolo,
demi kian.
092.
PUTRI
: (SEMAKIN KETAKUTAN) Kredabeg gup lgu gigu kali hila tara ystgerdfe
bdgdtrfvb nhytrs.
MUNCUL BU
MARTABAT.
093. BU
MARTABAT
:
Oh, jadi begitu ya cara mengobatinya, pakai maksa maksa, anarkis ya, pakai
kekerasan ya, orang sudah tahu ketakutan, malah di takut takuti ya, sudah tahu
putriku lari kesana kesini kesitu masih di kejar saja. Sudah jelas jelas takut
di suntik, mau di coblos saja. Suster macam apa kamu ini, mal praktek ya,
illegal ya, palsu ya, apus-apusan ya, dasar… dasar…. Dasar…. Benci aku,
pokoknya akan aku tuntut, ke meja hijau, karena sudah mengancam dan
menakut-nakuti anak. Itu juga bias masuk pasal tindakan tidak menyenangkan,
kalau caranya begitu anakku tidak semakin sembuh tapi malah tambah parah
sakitnya. Dasar… dasar.. dasar….. huh !
094. PAK
MARTABAT : (DATANG MENYUSUL) Mbok
yang sabar bu, yang sareh, kok malah marah-marahdengan suster, ini demi anak
kita bune, segala cara patut kita coba.
095.
SUSTER
: Ya maafkan saya bu, Bukan maksud saya bu, untuk menyakiti anak ibu,
ini dalam rangka penyembuhan secara medis.
096. BU
MARTABAT : Penyembuhan
apa, penyembuhan kok menakut nakuti, penyembuhan kok bikin girap girap ,
penyembuhan cara mana itu?
097. PAK
MARTABAT : Jangan menuduh yang bukan
bukan, siapa tahu itu cara yang paling canggih, paling baru…
098. BU
MARTABAT : Whe lha dalah
ada gajah makan jadah ! bapak kok membela si suster ini tho? Seneng ya sama
susternya? Tertarik ya? Emploken kabeh sana !
099. PAK MARTABAT
: Bukan begitu bu, bukannya membela bu…
100.
SUSTER
: Saya sungguh sungguh demi pengobatan bu, sesuai yang saya pelajari di
yuniversitas kesusteran sekolah saya bu. Dan menurut penelitian para ahli, cara
ini memang cara yang paling manjur untuk penyakit anak ibu.
101. BU
MARTABAT : Penelitian
apa? Sok idih saja kamu ini. Mana bisa menyembuhkan orang, kalau yang akan di
sembuhkan malah jiwanya tidak stabil, malah paranoid berlebihan, malah pobia
sepobia pobianya.
102.
PUTRI
: (PROTES KEPADA IBUNYA) Kredabeg gup lgu gigu? kali hila tara ystgerdfe
bdgdtrfvb nhytrs.?
103. BU
MARTABAT : Nah iya kan?
Putriku malah semakin sakit? Semakin menderita? Sudah.. sudah pulang sana ke
yuniversitasmu, belajar lagi, biar tidak menjadi sarjana premature, sarjana
invalid.(MENGUSIR SUSTER) ayo pulang sana, dan tidak akan ku bayar kamu, ayo
lekas pulang, mumpung aku belum berubah pikiran untuk menuntutmu.
SUSTER PUN
PERGI.
104. PAK
MARTABAT : Sabarlah bune, jangan mencit
mencit begitu omangannya, nggak usah lancip lancip begitu
nerocosnya, nanti darah tingginya naik lagi. Jadi orang itu mbok iyao sobar,
orang sabar itu disayang Gusti Allah.
105. BU
MARTABAT : Sabar sing
kepiye pak, saya ini sedang panik, sedang sok, anak kita ini sedang sakit
serius, kok disuruh sabar, nggak bisa, kita harus terus berusaha keras sekeras
kerasnya agar anak kita ini sembuh. Bapak malah nyuruh sabar, nanti kalau anak
kita tidak sembuh bagaimana, jadi gagu seumur umur pigimana, jadi cacat. Apa
bapak tega.
106. PAK
MARTABAT : Tetapi ya jangan grusa
grusu seperti itu tho bu. Semprot sana semprit sini, nerocos sana nericis sini,
ubeg begijigan ngalor ngidul. Semua dokter, suster, bidan, dukun, tabib,
singshe, dan segala macam juru sembuh yang kesini, semua telah kena hujatan
amarahmu. Dan suster tadi sudah orang ke seratus tiga puluh tiga, yang kena
hujan amarahmu yang teramat sangat cerewet banget itu.
107. BU
MARTABAT : Habisnya
mereka itu leda lede, ita itu, ina inu tetapi tak ada yang becus, malah
bikin anak kita jadi ketakutan. Nyari dokter kok nyari yang mata duitan, belum
apa apa sudah bayar di muka, baru tanya nama udah bayar duluan, padahal belum
diperiksa, belum diobati, dokter apa itu, dan lihat hasilnya tidak sembuh juga.
Kalau semua dokter begitu aku kan jadi mumet, mlungkret (MENUMPAHKAN
KEMARAHANNYA DENGAN TERIAK) heh !!!!
108. PAK
MARTABAT : Bu ?
109.
PUTRI
: (MENCOBA IKUT BERPENDAPAT TETAPI MASIH GAGU) Kredabeg! gup lgu ! gigu
kali ! hila ! tara ! ystgerdfe bdgdtrfvb nhytrs.!!!!!
110. BU
MARTABAT : Ga ga, gi gi,
ga ga, gu gu, Ya kamu itu yang bikin ibumu ini bludreg stress
berat. Sesak napas, mengi, mengkis mengkis. (NAPASNYA SESAK)
111.
PUTRI
: (MENANGIS MERASA DISALAHKAN) Kredabeg! gup lgu ! gigu kali ! hila !
tara ! ystgerdfe bdgdtrfvb.
SEMENTARA
ITU, BU MARTABAT SEMAKIN SESAK NAPAS, DAN HAMPIR PINGSAN.
112. PAK
MARTABAT : Waduh mbokmu kumat
lagi nduk.
113. BU
MARTABAT : (SEPERTI NGOMNYANG)
Barakadah, wasawyah, karakadah, Barakadah, wasawyah, karakadah, Barakadah,
wasawyah, karakadah, air.. air… (TERIAK MEMANGGIL PARJI) Parji… Air… !
114. PARJI
PRT
: (YANG TIBA TIBA DATANG DARI LUAR) I am coming….Saya datang
ndoro putri, saya sudah coming ndoro kakung.
115. BU
MARTABAT : Air..
ambilkan aku air… aku sesak napas… air…
116. PARJI
PRT
: Kali ini pasti ndoro putri tidak perlu air untuk menghilangkan sakit
sesak napas. Karena saya telah menemukan dukun ampuh sang super star, seperti
mimpi ndoro putri.
117. BU
MARTABAT : (TIBA TIBA
SEMBUH) Eyang progo ?
118. PARJI
PRT
: Inggih leres, Eyang Progo.
119. PAK
MARTABAT : Oh.. pasti dukun ini
sangat ampuh, baru akan mendengar namanya saja, istriku langsung sembuh dari
penyakit asma.
120. PUTRI
: (IKUT GEMBIRA, MASIH BISU) Kredabeg! gup lgu ! gigu kali ! hila ! tara
! ystgerdfe bdgdtrfvb nhytrs.!!!!!
121. PARJI
PRT
: Dukun ini memang ampuh, tanpa aya cari datang sendiri.
122. PAK
MARTABAT : Bisa menyembuhkan aneka
penyakit ?
123. PARJI
PRT
: Segalanya ndoro kakung, segala penyakit bisa ditumpas dengan tuntas..
tas… tas…
124. BU
MARTABAT : Sekarang mana
orang itu, aku kok sudah ingin ketemu.
125.
SUAMI
: (TIBA TIBA MUNCUL SUDAH DENGAN PAKAIAN DAN PERALATAN ALA DUKUN)
Aloooha ! Perkenalkan nama saya sesungguhnya Adi, Adi Karta Raja Nagara. Tetapi
di dunia ilmu supranatural orang sering menyebu dengan “ EYANG PROGO”. Juru
sembuh paling ter masyur, canggih, dan pasti 100 % oke deh punya.
126. PAK
MARTABAT : Oh silahkan, monggo
silahken masuk. Memang dari ambunya, dari prejengannya, bapak ini memang
sudah tampak seperti dukun ampuh…
127.
SUAMI
: Super star….je….
128. PAK
MARTABAT : Memang tidak di ragukan
kalau penampilan bapak ini memang penampilan juru sembuh professional.
129.
SUAMI
: (MEMEGANG TANGAN PAK MARTABAT) oh jadi ini tho yang sakit. Kalau
dilihat dari gejalanya, terdiri dari gangguan di sebelah kiri, Wah… ini pasti
migran. (MEMEGANG SISI YANG LAIN) Tapi tunggu, tunggu, Di sini kok juga
mengalami kelainan. Wah ini lebih parah dari apa yang saya duga, Ini komplikasi
Migran dan fertigo, atau bahasa ilmiahnya di sebut Vertigren. Atau dalam bahasa
latin di sebut oregano Vertigano.
130. BU
MARTABAT : Ck.. ck..
ck.. Ampuh bener… Fasih sekali bahasa latinnya.
131. PAK
MARTABAT : Tapi maaf pak super star,
bukannya migran dan Vertigo itu, penyakit kepala ?
132.
SUAMI
: Oh ini pengembangan ilmu pengetahuan pak, yang pada akhirnya dapat
mengikuti perkembangan penyakit, memang dahulu migran dan vertigo itu penyakit
kepala, tetapi setelah mengalami sublimasi saraf otak secara kimiawi, langsung
terjadi interaksi positif antara ion-ion retina mata, yang langsung di sebar
luaskan oleh bakteri anaoda dan katoda dalam kepala, yang kemudian di alirkan
ke tangan. Begitulah.
133. BU
MARTABAT : Gila Bener,
pinter banget !
134. PAK
MARTABAT : Oh Begitu ya ?
135.
SUAMI
: Ya begitu itu, kejadian ilmiahnya.
136. PAK
MARTABAT : Tetapi yang sakit bukan
saya.
137.
SUAMI
: Aduh, salah tho ? tiwas sudah aku brojolkan segala
ilmuku je.
138. BU
MARTABAT : Yang sakit
ini (MENUNJUK PUTRI ANAKNYA) anak saya.
139.
SUAMI
: Oh yang sakit ini tho, kebetulan sekali.
140. BU
MARTABAT : Kok kebetulan
?
141.
SUAMI
: Kebetulan, saya memang suka mengobati perempuan-perempun cantik.
(KEPADA PUTRI) Siapa namamu nak?
142.
PUTRI
: (MASIH BISU) pukjhyftrg bgcftr mnjghy.
143.
SUAMI
: Oh, pasti anak ibu mengalami gangguan mulut.
144.
PUTRI
: (MASIH BISU) pukjhyftrg bgcftr mnjghy.
145.
SUAMI
: Oh aku yakin sekali kalau nak ibu ini bisu.
146.
PUTRI
: (MASIH BISU) pukjhyftrg bgcftr mnjghy.
147.
SUAMI
: Saya paham, paham, saya paham bahasanya. (KEPADA PUTRI) Blekuthuk
blekutuk blekuthuk blekuthuk.
148. PUTRI
: (MASIH BISU) pukjhyftrg bgcftr mnjghy.
149.
SUAMI
: Blekutak blekutik blekithuk ?
150.
PUTRI
: (MASIH BISU) pukjhyftrg bgcftr mnjghy.
151.
SUAMI
: Yah, aku sudah tahu jalan keluarnya. Sekarang silahkan semua saja yang
tidak berkepentingan, untuk meninggalkan area ini. Baru setelah aku panggil,
silahken dating.
TANPA
BERTANYA LAGI, IBU DAN BAPAK MARTABAT SERTA PARJI PRT MENINGGALKAN PUTRI UNTUK
DIOBATI.
DAN SETELAH
SEPI, DUKUN PALSU ITU MENANGIS MERATAP MEMOHON SANG PUTRI UNTUK SEMBUH, KARENA
DIA SESUNGGUHNYA TIDAK BISA MENGOBATI.
152.
SUAMI
: Tolonglah saya nona, plis banget, saya sebenarnya bukan dukun, saya
bukan super star, saya hanya bohong bohongan, sebab kalau saya tidak mengaku
dukun, saya bakal dipukuli, tolonglah saya nona, tolong, saya sesungguhnya
tidak 100% oke deh punya, saya sebenarnya minus 100% payah lah boleh. Tolong
nona.
153.
PUTRI
: (MELIHAT TINGKAH DUKUN PALSU ITU MERATAP SAMBIL MENANGIS, DAN SESEKALI
KENTUT, PUTRI JADI TERTAWA GELI) Ih bau, bapak kentut ya?
154.
SUAMI
: Saya kalau ketakutan berlebihan, memang suka kentut, bau lagi….
155.
PUTRI
: (MASIH TERTAWA GELI) Sudah pak, sudah, jangan menghiba-hiba lagi, saya
lihat bapak menangis sambil kentut, bikin perut saya kram karena tertawa.
156.
SUAMI
: (SADAR, TERHERAN MELIHAT PUTRI BISA BICARA NORMAL) oh jadi…. Jadi…
157.
PUTRI
: (KEMBALI PURA PURA BISU) Btrfaredeij nrhyui mbngjtyuygr.
158.
SUAMI
: Oh saya tahu.. saya paham.. nona pura-pura ya… nona bohong-bohongan
ya… sudah jangan acting di depan gurunya acting.
159.
PUTRI
: Iya je. Saya pura-pura, maaf kalau sudah merepotkan semua
orang, termasuk bapak..
160.
SUAMI
: Memangnya ada apa nona, kok pakai acara bisu-bisuan segala ?
162.
PUTRI
: Habisnya saya akan di jodohkan, di jodohkan dengan mas Turah Wojo.
Padahal saya masih ingin melanjutkan sekolah sampai perguruan tinggi.
163.
SUAMI
: Oh begitu ya ?
164.
PUTRI
: Nah untuk mengulur-ulur waktu perjodohan, sambil cari akal yang lain,
ya saya pura-pura saja bisu.
165.
SUAMI
: O.. o.. o.. o… makaten tho ? Jadi nono pura-pura bisu untuk
menghindari perjodohan, dan ingin sekolah lagi.
166. PUTRI
: Ya begitulah pak, meskipun jaman sekarang biaya sekolah itu muahalnya
minta ampun, tetapi saya tetep ingin sekolah.
167.
SUAMI
: Baik, baik itu mau neruskan sekolah, tidak seperti saya, tidak pernah
sekolah sama sekali. Begini saja Kita kong kalikong saja.
168.
PUTRI
: Kong kalikong bagaimana ?
169.
SUAMI
: Saya punya akal, kita perumit keadaan biar semakin genting. Tetapi
nona setuju tidak kalau kita kong kalikong.
170.
PUTRI
: Asalkan aku tidak jadi di jodohkan dan aku bias sekolah lagi, aku
setuju.
171.
SUAMI
: Oke, siip ! Kita bikin begina saja. (BERBISIK KEPADA PUTRI TENTANG
RENCANANYA).
172. PUTRI
: Setuju.
173.
SUAMI
: Setelah hitungan ke tiga, kita mulai. Konsentrasi, (LANGSUNG MENYEBUT)
tiga….
174.
PUTRI
: (MENJERIT HISTERIS)
175.
SUAMI
: Nyonya, Tuan…
IBU/BAPAK
MARTABAT, PARJI PRT BURU BURU MASUK.
176. PAK
MARTABAT : Ada apa pak ?
177. BU
MARTABAT : Waduh..
waduh… kok lagi lagi begini, lagi lagi begitu. Tobat.. tobat…
178. PARJI
PRT
: Ndoro.. ndoro nona… ndoro nona putri. Pripun, wonten napa?…
179.
SUAMI
: Wah gawat ini.. semakin gawat, ini bener-bener emerjensi. Ambilkan air
putih.
PARJI PRT
MENGAMBIL AIR PUTIH.
180. PARJI
PRT
: Ini airnya pak dukun.
DUKUN GADUNGAN
SEGERA MENABURKAN SERBUK KE AIR DAN DIBERI JAMPI-JAMPI.
181.
SUAMI
: Minumlah ini nak, minum. (AJAIB, PUTRI SEMBUH DAN BISA BICARA).
182.
PUTRI
: Ajaib !! Aku bias bicara…. Ho.. ho… aku bisa bicara…
183. BU
MARTABAT : Sukur.. Gusti
Allah Pangeran, terima kasih, anakku bisa bicara lagi. Ayo sekarang segera kita
panggil kerabat kita, kita adakan sukuran dan kita langsung rapatkan tentang
perjodohan anak kita dengan Mas Turah Wojo.
184. PUTRI
: Perjodohan ? (KEMBALI BISU) bgstreemnfh kjuy kiki kuk hmjouljm.
185. BU
MARTABAT : Lho Pak ? Kok
kembali jadi gagu?
186.
SUAMI
: Nah inilah akar permasalahannya. Karena tekanan mental yang teramat
sangat, fungsi-fungsi organ otak kepala yang ke mulut jadi terganggu.
Terjadilah bisu.
187. BU
MARTABAT : Lantas
bagaimana cara menyembuhkan secara total pak?
188.
SUAMI
: Tenangkan pikirannya, jernihkan hatinya, muluskan cita-citanya. Akan
aku acoba sembuhkan lagi, dan ini untuk terakhir kalinya, sebab setelah itu
akan afkir, dan bisa wassalam. (KEMBALI MEMBERI RAMUAN).
189.
PUTRI
: (SEMBUH) ah.. lega…
190. BU
MARTABAT : Nak…
191.
SUAMI
: Tunggu sebentar bu, Sebelum melontarkan pertanyaan-pertanyaan, mohon
kata-katanya di atur terlebih dahulu, dari pada anaknya nanti invalid. Jangan
lupa, Tenangkan pikirannya, jernihkan hatinya, muluskan cita-citanya. Jangan
paksakan kehendak.
192. BU
MARTABAT : Baik , baik,
aku hanya akan menanyakan keinginannya, (KEPADA PUTRI) piye nak, piye, apa
sing di pingini?
193.
PUTRI
: Sekolah.. sekolah….
194. BU
MARTABAT : Iya sekolah.
195.
PUTRI
: Putri ingin sekolah dulu yang tinggi, tinggi sekali.
196. BU
MARTABAT : Ya kalau
memang itu kemauanmu.
197.
SUAMI
: Nah itulah ibu yang baik dan benar, memberi keluasan berpikir bagi
anaknya, anak itu amanah. Tidak memaksakan kehendak. Anak kita sesungguhnya
bukan anak kita, dia adalah anak jaman yang terus mengalir sesuai jamannya.
Kita hanya membimbingnya, tidak mencetaknya.
198.
ISTRI
: (MENYUSUL SUAMI) Pak.. Pak.. aku kangen karo kowe je.
199.PARJI
PRT
: Lho Jadi Bapak ini, suaminya ibu ini…
200. BU/PAK
MARTABAT : Berarti…..
201.
SUAMI
: Begitulah, yang penting masalahnya selesai tho?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar